Artist : Anti Pop
Album : Freedom In Papua
Genre : Grindcore
Realease : 2008
Country : Indonesia, Bali
Format : mp3
Web : Antipop
01 Papua
02 Tragedy 65
03 Distorsi Demiliterisasi
04 Freedom
05 Hijau
06 No Future
07 Idiologi Kontolisme
08 Explicits Democrazy
09 Against
10 Arboyus Syndromes
11 Suffer
12 Outrogrind
Download
ANTI POP
Nama yang kami ambil dari sebuah buku tendensius berjudul Life Style Ecstacy merupakan cikal bakal awal terbentuknya Antipop, terbentuk pada pertengahan tahun 2001 dikota Denpasar dan sempat fakum selama hampir 2 tahun dipenghujung tahun 2002. Sempat mengalami pasang surut krisis mental yang cukup serius ditahun - tahun sebelumnya antipop akhirnya kembali aktif di awal tahun 2004 dengan formasi yang lebih solid plus konsep musik yang berbeda dari sebelumnya.
Bebek (Vokal), Sorrow (Gitar), Kuzkuz (Gitar), Dodik (Bass) dan Agus (Drum) mencoba memadukan konsep berbeda antara musik Death Metal dan Crusty Punk yang tentunya menjadi tolak ukur baru dalam musik antipop saat ini. sebagai pilihan, konsep Grindcore yang berdurasi kurang dari 2 menit dengan gaungan vokal yang garang, serta gebukan drum yang kencang dibalut dengan sound yang sedikit kasar, tipikel kritikan lirik identik dengan pemberontakan terhadap sistem dan tatanan sosial dalam skala domestik hingga skala yang paling besar sekalipun, kebijakan politik serta ideologi sebuah negara yang menjadi tema dan ciri dalam sentral musik antipop.
Antipop banyak di pengaruhi oleh band-band oldscul metal macam Brujeria, Napalam Death, Carscass, Gorefest, Death, Agatochles, Entombed, Suffocation, Kreator, Cannibal Corpse, Godflesh, Brutalitiy dll, yang merupakan modal awal kami untuk meracuni publik metal-Underground Bali khususnya dan Indonesia umumnya.
Sangat kami sayangkan akhir 2009 merupakan tolak ukur perubahan tatanan sosial antipop. Seolah pincang dalam langkah kami, Agus sang drumer memutuskan untuk mundur dari band karena beberapa faktor dan salah satu penyebabnya adalah kesibukan agus dalam memfokuskan diri terhadap pekerjaan yang sedang ia tekuni selama setahun belakangn ini
No comments:
Post a Comment